TUGAS MAKALAH
“STRES AKIBAT KERJA”
KATA
PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah Tuhan Semesta alama, atas segala rahmat dan hidayahNya yang telah
dilimpahkan kepada kita semua karena dengan izinNyalah semua usaha dan
pekerjaan yang kita lakukan dapat terselesaikan dengan baik dan sempurna. Dan
tentunya dengan karuniaNya jualah penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada
waktunya. Shalawat beriring salam tak puas-puasnya kita kirimkan kepada
junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW, karena hanya dengan petunjuknya dan
segala usaha upaya beliau, kita dapat rasakan kehidupan yang berbudaya,
beraturan dan menjadikan kita makluk yang lebih mulia dihadapan Tuhan.
Dengan ucapan rasa syukur penulis
akhirnya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya
dimana Makalah yang disusun dengan judul
“ Stress Akibat Kerja”.
Semoga bermanfaat dan dapat menjadi
salah satu bahan referensi bagi dunia pendidikan.
Jambi, Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan
masalah................................................................................................... 1
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Stres...................................................................................................... 3
2.2 Faktor
Penyebab Stres Kerja.................................................................................. 4
2.3
Gejala-gejala Stres.................................................................................................. 8
2.4
Pengendalian Stres................................................................................................. 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 13
3.2 Saran....................................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita
sering menjumpai orang yang mengalami stres. Stres tersebut tidak hanya dalam
kehidupan sosial ekonominya saja tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang
terlalu suit serta keadaan sekitar yang penat juga dapat menyebabkan stres
dalam bekerja.
Banyak orang yang tidak menyadari
gejala timbulnya stres tersebut dalam kehidupannya, padahal apabila kita
mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita dapat mencegahnya.
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya keamanan dan
kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres melakukan
pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja.
Untuk menjaga kestabilan kerja
tersebut psikologi seseorang juga harus stabilagar terjadi singkronisasi yang
harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang terjadi. Jadi kita harus
benar-benar memperhatikan secara lebih, baik lingkungan yang dapat mempengaruhi
psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat dicegah.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
stres dalam bekerja pasti akan terjadi pada setiap karyawan/pekerja. Mereka
mengalami stres karena pengaruh dari pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan
tempat kerja. Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Disinilah muncul peran dari perusahaan
untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan yang dialami oleh pekerjanya. Dalam
hal ini perusahaan dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi pekerja
tersebut serta tidak mengurangi kinerja karyawan tersebut.
1.2 Rumusan masalah
1.
Apa
Pengertian Stres?
2. Apa
saja Faktor Penyebab Stres Kerja?
3. Apa
Gejala-gejala Stres?
4. Bagaimana
cara Pengendalian Stres?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
Pengertian Stres?
2. Mengetahui
Faktor Penyebab Stres Kerja?
3. Mengetahui
Gejala-gejala Stres?
4. Mengetahui
cara Pengendalian Stres .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Stres
Dalam
Undang-undang RI No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 164 dan pasal 165,
Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi
pekerja disektor formal dan informal.
Stres
kerja adalah
suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam
menghadapi pekerjaannya (Anwar Prabu,
1993: 93).
Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17),
mendefinisikan stres kerja
sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau
tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.
Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu bentuk
tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di
lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
Gibson dkk (1996:339), menyatakan
bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh
perbedaan- perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu
konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau
peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan
kepada seseorang.
Setiap aspek di pekerjaan dapat
menjadi pembangkit stres. Tenaga kerja yang menentukan sejauh mana situasi yang
dihadapi merupakan situasi stres atau tidak. Tenaga kerja dalam interaksinya
dipekerjaan, dipengaruhi pula oleh hasil interaksi di tempat lain, di rumah, di
sekolah, di perkumpulan, dan sebagainya (Ashar Sunyoto, 2001: 380).
Phillip L (dikutip Jacinta, 2002), menyatakan bahwa
seseorang dapat dikategorikan
mengalami stres kerja jika:
1.
Urusan stres
yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu
bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah
rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke
rumah dapat juga menjadi penyebab stress kerja.
2.
Mengakibatkan
dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu.
3.
Oleh
karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan
persoalan stres tersebut.
Sebenarnya
stres kerja tidak selalu membuahkan hasil yang buruk dalam kehidupan manusia. Selye
membedakan stres menjadi 2 yaitu distress yang destruktif dan eustress
yang merupakan kekuatan positif. Stres diperlukan untuk menghasilkan prestasi
yang tinggi. Semakin tinggi dorongan untuk berprestasi, makin tinggi juga
produktivitas dan efisiensinya. Demikian pula sebaliknya stres kerja dapat
menimbulkan efek yang negatif. Stres dapat berkembang menjadikan tenaga kerja
sakit, baik fisik maupun mental sehingga tidak dapat bekerja lagi secara
optimal (Ashar Sunyoto, 2001:
371,374).
2.2 Faktor
Penyebab Stres Kerja
Ada 4 Penyebab Stres Kerja Menurut Gibson dkk
(1996:343-350) yaitu:
1. Lingkungan
fisik
Penyebab stres kerja dari lingkungan fisik
berupa cahaya, suara, suhu, dan udara terpolusi.
2. Individual
Tekanan individual sebagai penyebab
stres kerja terdiri dari:
§ Konflik
peran: Stressor atau penyebab stres yang meningkat ketika seseorang menerima
pesan- pesan yang tidak cocok berkenaan dengan perilaku peran yang sesuai.
Misalnya adanya tekanan untuk bergaul dengan baik bersama orang- orang yang
tidak cocok.
§ Peran ganda:
Untuk dapat bekerja dengan baik, para pekerja memerlukan informasi tertentu
mengenai apakah mereka diharapkan berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Peran
ganda adalah tidak adanya pengertian dari seseorang tentang hak, hak khusus dan
kewajiban- kewajiban dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
§ Beban kerja
berlebih: Ada dua tipe beban berlebih yaitu kuantitatif dan kualitatif.
Memiliki terlalu banyak sesuatu untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan beban berlebih yang bersifat
kuantitatif. Beban berlebih kualitatif terjadi jika individu merasa tidak
memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka atau
standar penampilan yang dituntut terlalu tinggi.
§ Tidak adanya
kontrol: Suatu stresor besar yang dialami banyak pekerja adalah tidak adanya
pengendalian atas suatu situasi. Sehingga langkah kerja, urutan kerja,
pengambilan keputusan, waktu yang tepat, penetapan standar kualitas dan kendali
jadwal merupakan hal yang penting.
§ Tanggung
jawab: Setiap macam tanggung jawab bisa menjadi beban bagi beberapa orang,
namun tipe yang berbeda menunjukkan fungsi yang berbeda sebagai stresor.
§ Kondisi
kerja
3. Kelompok
Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat
hubungan diantara kelompok. Karakteristik kelompok menjadi stresor yang kuat
bagi beberapa individu. Ketidakpercayaan dari mitra pekerja secara positif
berkaitan dengan peran ganda yang tinggi, yang membawa pada kesenjangan
komunikasi diantara orang- orang dan kepuasan kerja yang rendah. Atau dengan
kata lain adanya hubungan yang buruk dengan kawan, atasan, dan bawahan.
4. Organisasional
Adanya desain struktur organisasi yang jelek, politik
yang jelek dan tidak adanya kebijakan khusus.
Sumber stres kerja menurut Carry Cooper (dikutip
Jacinta F, 2002) ada 4 yaitu:
1. Kondisi
pekerjaan, meliputi :
Ø Kondisi kerja yang buruk. Berpotensi
menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, jika ruangan tidak nyaman, panas,
sirkulasi udara kurang memadahi, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja
kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan.
Ø Overload. Overload
dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan overload secara
kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang ditargetkan melebihi kapasitas
karyawan tersebut. Akibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan berada dalam
tegangan tinggi. Overload secara kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat
kompleks dan sulit sehingga menyita kemampuan karyawan.
Ø Deprivational stres. Kondisi
pekerjaan tidak lagi menantang, atau tidak lagi menarik bagi karyawan. Biasanya
keluhan yang muncul adalah kebosanan, ketidakpuasan, atau pekerjaan tersebut
kurang mengandung unsur sosial (kurangnya komunikasi sosial).
Ø Pekerjaan beresiko tinggi. Pekerjaan
yang beresiko tinggi atau berbahaya bagi keselamatan, seperti pekerjaan di
pertambangan minyak lepas pantai, tentara, dan sebagainya.
2. Konflik
peran
Stres karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan
tidak tahu yang diharapkan oleh manajemen. Akibatnya sering muncul
ketidakpuasan kerja, ketegangan, menurunnya prestasi hingga ahirnya timbul
keinginan untuk meninggalkan pekerjaan.Para wanita yang bekerja mengalami stres
lebih tinggi dibandingkan dengan pria.Masalahnya wanita bekerja ini menghadapi
konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.
3. Pengembangan
karir
Setiap orang pasti punya harapan ketika mulai bekerja
di suatu perusahaan atau organisasi. Namun cita- cita dan perkembangan karir
banyak sekali yang tidak terlaksana.
4. Struktur
organisasi
Gambaran perusahaan yang diwarnai dengan struktur
organisasi yang tidak jelas, kurangnya kejelasan mengenai jabatan, peran,
wewenang dan tanggung jawab, aturan main yang terlalu kaku atau tidak jelas,
iklim politik perusahaan yang tidak jelas serta minimnya keterlibatan atasan
membuat karyawan menjadi stres.
Adanyana
Manuaba (2005:4), menyebutkan bahwa stres yang berkaitan dengan pekerjaan,
dapat disebabkan oleh :
1.
Tuntutan
pekerjaan terlalu berat atau terlalu rendah
2.
Pekerja
tidak punya hak/ tidak diikutkan dalam mengorganisir kerja mereka
3.
Dukungan
rendah dari manajemen dan teman sekerja
4.
Konflik
karena tuntutan yang tinggi seperti tercapainya kualitas dan produktivitas.
Pengendalian yang buruk terhadap
penyebab stres kerja dapat berakibat pada penyakit dan menurunnya penampilan
dan produktivitas. Stres kerja dapat disebabkan oleh beban kerja yang dirasakan
terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan yang rendah,
iklim kerja yang tidak menentu, autoritas yang tidak memadahi yang berhubungan
dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan dengan
perusahaan, dan frustasi (Anwar Prabu,
1993: 93)
Ashar Sunyoto (2001: 381),
mengelompokkan faktor-faktor penyebab
stres dalam pekerjaan yaitu:
1.
Faktor- faktor intrinsik dalam pekerjaan
Meliputi
tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan fisik berupa bising, vibrasi
(getaran), higene. Sedangkan tuntutan tugas mencakup:
a.
Kerja shift
atau kerja malam
Kerja shift merupakan sumber utama dari stres bagi
para pekerja pabrik. Para pekerja shift lebih sering mengeluh tentang kelelahan
dan gangguan perut daripada para pekerja pagi, siang dan dampak dari kerja
shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin menyebabkan gangguan perut.
b. Beban kerja
Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit
merupakan pembangkit stres.
c.
Paparan
terhadap risiko dan bahaya
Risiko dan bahaya dikaitkan dengan jabatan tertentu
merupakan sumber stres. Makin besar kesadaran akan bahaya dalam pekerjaannya
makin besar depresi dan kecemasan pada tenaga kerja.
2. Peran individu
dalam organisasi
Setiap tenaga kerja mempunyai
kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan- aturan yang ada
dan sesuai yang diharapkan atasannya. Namun tenaga kerja tidak selalu berhasil
memainkan perannya sehingga timbul :
(a)Konflik
peran
(b) Ketaksaan
peran : Ketaksaan peran dirasakan jika seseorang tenaga kerja tidak
memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti
atau tidak merealisasikan harapan- harapan yang berkaitan dengan peran
tertentu.
3. Pengembangan
karier
Pengembangan karir merupakan pembangkit stres
potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih dan promosi
yang kurang.
4. Hubungan
dalam pekerjaan
Harus hidup dengan orang lain merupakan salah satu
aspek dari kehidupan yang penuh stres. Hubungan yang baik antar anggota dari
satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan
organisaasi.
5. Struktur dan
iklim organisasi
Kepuasan dan ketidakpastian kerja berkaitan dengan
penilaian dari struktur dan iklim organisasi. Faktor stres yang ditemui
terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau barperan serta dalam
organisasi.
6. Tuntutan
dari luar organisasi atau pekerjaan
Kategori pembangkit stres potensial ini mencakup
segala unsur kehidupan seorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-
peristiwa kehidupan dan kerja didalam satu organisasi dan dengan demikian
memberikan tekanan pada individu. Isu tentang keluarga, krisis kehidupan,
kesulitan keuangan, keyakinan- keyakinan pribadi dan organisasi yang
bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan semuanya
dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya.
7. Ciri
individu Stres ditentukan oleh individunya sendiri, sejauh mana ia
melihat situasinya sebagai penuh stres.
1.
Lingkungan
fisik yang terlalu menekan seperti kebisingan, temperatur atau panas yang
terlalu tinggi, udara yang lembab, penerangan di kantor yang kurang
terang.
2.
Kurangnya
kontrol yang dirasakan
3.
Kurangnya
hubungan interpersonal
4.
Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja.
Para pekerja akan merasa stres bila mereka tidak mendapatkan promosi yang
selayaknya mereka terima.
2.3
Gejala-gejala Stres
Secara umum seseorang yang mengalami stres pada
pekerjaannya akan menampilkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu :
1.
Physiological
memiliki indikator yaitu : terdapat perubahan pada metabolisme tubuh,
meningkatnya kecepatan detak jantung dan nafas, meningkatnya tekanan darah, timbulnya
sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.
2.
Psychological
memiliki indikator yaitu : terdapat ketidakpuasan hubungan kerja, tegang,
gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda pekerjaan.
3.
Behavior (
perilaku) memiliki indikator yaitu : terdapat perubahan pada produktivitas,
ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya
konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi cepat, mudah gelisah dan
susah tidur, meningkatnya agresivitas dan kriminalitas, menurunnya kualitas
hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, kecenderungan untuk melakukan
bunuh diri.
Adapun
gejala stres ditempat kerja yang sering terjadi, yaitu:
1.
Kepuasan
kerja rendah
2.
Kinerja yang
menurun
3.
Semangat dan
energi menjadi hilang
4.
Komunikasi
tidak lancar
5.
Pengambilan
keputusan jelek
6.
Kreatifitas
dan inovasi kurang
7.
Bergulat
pada tugas-tugas yang tidak produktif
Semua yang disebutkan diatas perlu dilihat dalam hubungannya dengan
kualitas kerja dan interaksi normal individu sebelumnya.
2.4
Pengendalian Stres
1. Manajemen stres dan teknik pengurangan
stres
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah
timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampak yang negatif. Manajemen
stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya
secara adaptif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa yang
tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres
ditempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih
keras yang berlebihan. Ini bukan cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan
apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih
jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor
tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan
penanggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang
mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait
dengan penyebab stres dalam hubungannya ditempat kerja. Stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari
ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab
tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak
menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat. (margiati, 1999:76)
Suprihanto dkk (2003:63-64)
mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak
khawatir jika karyawannya mengalami stres yang ringan. Alasannya karena pada
tingkat stres tertentu akan memberikan akibat positif, karena hal ini akan
mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres
yang tinggi atu ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi,
tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang
diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berfikir untuk memberikan
tugas yang menyertakan stres ringan bagi karyawan
untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan
sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam
mengola stres, ada 2 pendekatan yaitu:
pendekatan individu dan pendekatan organisasi
1. Pendekatan individual
Seorang karyawan dapat berusaha
sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang
cukup efektif yaitu: pengolahan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan
dukungan sosial. Dengan pengolahan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat
menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa.
Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga
mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres
yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan –kegiatan santai. Dan sebagai
strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat,
kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi
dirinya.
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah
tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya
dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh
karena itu strategi-strategi yang yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk
mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan
tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi
organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan
menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan
mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan
interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
Dalam
mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk
pengurangan stres yang terjadi. Ada 4 pendekatan yang sering digunakan adalah
relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan retrukturisasi kognitif yang semuanya
membantu para karyawan mengatasi stres yang berkaitan dengan pekerjaan.
1. Relaksasi
otot
Sebutan persamaan yang umum dari
berbagai teknik relaksasi otot adalah pernafasan
yang lambat dan dalam suatu usaha yang
sadar untuk memulihkan ketegangan otot. Diantara berbagai teknik yang tersedia,
relaksasi progresif kontinjensi adalah
yang paling sering digunakan. Teknik ini terdiri atas menenangkan dan
mengendurkan otot secara berulang-ulang yang diawali dari kaki dan terus
meningkat ke muka.
Relaksasi dicapai dengan berkonsentrasi pada
kehangatan dan ketenangan yang berkaitan dengan otot yang dirileksasikan.
2. Biofeedback
Dalam biofeedback, perubahan kecil
yang muncul dalam tubuh atau otak di deteksi, diperkuat dan ditunjukan kepada
orang tersebut. Peran potensial dari biofeedback sebagai teknik manajemen stres
individu dapat dilihat dari fungsi tubuh hingga tekanan tertentu yang
dikendalikan secara sukarela atau sadar. Potensi biofeedback adalah
kemampuannya untuk membantu relaksasi dan mempertahankan fungsi tubuh pada
keadaan non stres. Salah satu keunggulan teknik biofeedback dibandingkan dengan
non biofeedback adalah bahwa teknik ini memberikan data yang tepat mengenai
fungsi tubuh. Pelatihan biofeedback telah bermanfaat dalam mengurangi
kegelisahan, menurunkan keasaman lambung, mengendalikan tekanan dan migren, dan
secara umum mengurangi manifestasi fisiologis negativ dari stres.
3. Meditasi
Meditasi
mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang pemikiran
seseorang jauh dari dirinya sendiri.
Respon relaksasi adalah kebalikan fisiologis dan
psikologis dari respon stres berperang atau lari. Herbert benson menganalisis
banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi 4 langkah.
Keempat langkah tersebut adalah :
Ø Menemukan
suatu lingkaran
Ø Menggunakan
suatu perangkat mental seperti suatu kata tang penuh dengan kesan yang
menyenangkan untuk mengubah fikiran dari fikiran yang berorientasi secara
eksternal.
Ø Mengabaikan
pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada suatu sikap yang pasif.
Ø Mengasumsikan
suatu posisi yang nyaman
Maharishi mahes yogi mendefinisikan meditasi
transcendental sebagai mengalihkan perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih
dalam dan mencapai sumber dari pemikiran. Tidak semua orang yang bermeditasi
mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah besar orang melaporkan
meditasi sebagai hal yang efektif dalam mengelola stres.
4. Restrukturisasi
kognitif
Alasan
yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam manajemen stres dikenal
sebagai retrukturisasi kognitif, adalah respons seseorang terhadap stressor
menggunakan sarana proses kognitif , atau pemikiran. Asumsi dasar dari teknik
ini adalah bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi, keyakinan dan asumsi
merupakan label yang mereka terapkan pada situasi. Teknik kognitif dari
manajemen stres berfokus paa mengubah label atau kognisi sehingga orang
tersebut menilai situasi secara berbeda. Semua teknik kognitif memiliki tujuan
yang serupa yaitu untuk membantu orang memperoleh lebih banyak kendali atas
reaksi meraka terhadap stresor dengan memodifikasi rasionalisasi mereka.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stress merupakan suatu gejala yang
dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut dipengaruhi diri sendiri maupun
lingkungan sekitar mereka. Stres juga terjadi dalam kerja dimana stres tersebut
dapat bersumber dari empat hal yaitu lingkungan fisik, tingkat kelompok,
tingkat organisasi dan individual. Keempat hal tersebut dapat menghasilkan
stres yang berbeda pada setiap individu tergantung bagaimana individu itu
merespon stressor tersebut. Setelah adanya respon barulah dapat ditentukan
bagaimana stres yang dialami seseorang tersebut
Stres yang terjadi dapat berupa
stres positif maupun negativ dimana stres itu akan memberikan dampak tersendiri
bagi orang yang mengalami stres. Stres yang dialami pekerja tersebut masih
dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak metode sehingga diperlukannya suatu
manajemen stres dalam pekerjaan disuatu perusahaan. Serta adanya usaha dari
orang tersebut untuk dapat mengurangi stres yang mereka alami.
Pada dasarnya stres terjadi karena
terlalu beratnya beban pikiran seseorang serta adanya tekanan yang membuat
kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih dapat dicegah bahkan dimanajemen
untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam bekerja.
3.2 Saran
Stres dalam bekerja sebaiknya
dikurangi dengan berbagai teknik pengurangan stres yang dapat digunakan serta
manajemen stres tersebut dengan baik. Karena hal tersebut mampu mencegah stres
dalam bekerja serta meningkatkan efektifitas dalam bekerja. Selain baik bagi
karyawab juga baik bagi perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar